INI HANYA SEBUAH TUGAS

Seisi kelas tersontak kaget saat dosen mata kuliah kewirausahaan kami, bapak Priyadi Nugraha, memberikan tugas individu. Tugas yang aneh menurut kami, hingga membuat kami tersontak hampir tidak percaya. Setelah itu seisi kelas tertawa riuh saat Pak Pri, sapaan akrab beliau selesai menjelaskan bagaimana tugasnya harus dikerjakan. Tenang, ini hanya sebuah tugas.

“ kalian boleh membeli berpasangan lebih dari satu, “ begitu salah satu keterangan beliau.

Membeli kondom secara berpasangan laki-laki dan perempuan di apotik terdekat saat malam hari, kurang lebih seperti itu tugas yang diberikan beliau. Tugas yang menggelitik dan membuat kami terus tertawa membayangkannya. Sampai beberapa hari kemudian, selalu terpikirkan dibenak saya tugas tersebut dan semakin membuat saya penasaran.

Cerita Menjalankan Tugas

Sore itu, tanggal 22 April, saya berniat membeli keperluan sehari-hari di toko sembako dekat kos saya. Awalnya hanya berbelanja seperlunya, dan kemudian menuju tempat pembayaran untuk menghitung semua total belanjaan, sambil mengantri untuk membayar, muncul ide konyol untuk mencoba iseng membeli kondom di toko sembako ini. Sambil senyum-senyum, saya membayangkan bagaimana respon dari penjualnya dan tentunya pembeli lain yang saat itu kondisinya memang penuh oleh pembeli.

Akhirnya giliran saya untuk membayarkan barang belanjaan saya.

“Sudah mba??apa mau tambah lagi??” begitu pelayan bagian kasir menyapa.
“ehm..mba, di sini jual kondom ‘nggak ya mba?” dengan suara sedikit berbisik, dan tentunya saya harus memasang wajah polos saya dengan menahan malu tentunya.
Pelayan tersebut mendadak tersenyum dan menahan tawanya, dan saya lihat beberapa orang pembeli di sekitar saya pun ikut tersenyum memandang saya.
“owh maaf mba, tidak ada, coba saja di apotik depan mba.” Jawab si pelayan kemudian.

Akhirnya saya pun membayar dan langsung ngeloyor pergi dengan menahan malu. Ternyata membeli barang seperti itu dianggap lucu, atau saya yang memang salah tempat dalam membeli ya, hehe, sepanjang jalan pulang menuju kos, saya hanya tertawa geli dalam hati.

Di lain waktu, saya menjalankan tugas sesungguhnya untuk membeli kondom tersebut di apotik. Saya ajak teman laki-laki saya dari bukan anak FKM untuk mengantarkan dan menemani saya membeli kondom. Awalnya dia tertawa terbahak mendenganr ajakan saya, saya pun menanggapinya hanya dengan senyum.

“ ayolah, antarkan dan temani saya membelinya, sudah nggak usah banyak tanya.” Begitu kemudian tanggapan saya saat dia tak berhenti menertawai saya.
“penasaran aja!!” begitu tambah saya dengan ngasal dan membuat dia semakin tertawa.

Akhirnya teman laki-laki saya itupun mau mengantarkan dan menemani saya membeli kondom. Kami pergi di sore hari, 18 Mei, sekitar pukul 15.00, waktu itu hari Rabu dan kami membeli di daerah kampus Undip Tembalang.

Mungkin tidak sesuai prosedur tugas yang diberikan oleh Pak Pri, namun saya hanya ingin mencari suasana lain, setelah mendengar cerita dari beberapa teman sekelas yang sudah membelinya di malam hari.

Setelah sampai dan masuk ke dalam apotik, saya terus menggandeng lengan teman laki-laki saya itu, dia sedikit bingung melihat saya. Tapi saya biarkan saja dia tidak tahu kalau sebenarnya ini hanya sebuah tugas.

“ mba, mau donk kondom!” begitu ungkap saya tanpa basa basi saat pelayan apotik tersebut berdiri menyambut kedatangan saya dan teman laki-laki saya.
Wajah awal pelayan tersebut yang penuh senyum ramah, langsung berubah drastis menjadi sedikit ketus.
“ mau yang apa?” tanya pelayan tersebut dengan nada sedikit malas melayani.
“ mau yang apa mas? “ begitu pertanyaan konyol saya meluncur langsung ke arah teman laki-laki saya dan semakin membuatnya bingung menatap saya. Saya sudah menahan tawa saat balas memandangnya dan melihat ekspresi teman laki-laki saya itu. Dia kemudian hanya mengangkat bahu dan menundukan pandangannya.

“ada apa aja mba? Ada yang berasa nggak ya? “ begitu kemudian pertanyaan saya ajukan lagi untuk pelayan apotik tersebut.
“ di sini cuma tinggal durex dan fiesta, yang ada rasanya ya cuma yang ini.” Jelas pelayan tersebut masih dengan muka ketus sambil menunjukan kalau yang berasa hanya yang fiesta saja.
“ harganya berapaan mba??” tanya saya kemudian sambil melihat-lihat kondom yang disodorkan pelayan tersebut di meja.
“ ya macem-macem, mau yang mana dulu?” jawab pelayan tersebut dengan kembali bertanya.
“ yang murah aja deh mba “ jawab saya sekenanya. Dan sepertinya pertanyaan-pertanyaan saya selanjutnya tidak akan ditanggapi lagi oleh pelayan tersebut.

Kemudian saya memutuskan untuk melihat-lihat harga yang tertera pada bungkus kondom tersebut, yang fiesta tertuliskan label harga 6000, sedangkan pada kardus durex tersebut tertuliskan harga 13.500. penasaran melihat yang durex lebih mahal, saya mencoba mengajukan pertanyaan lagi,
“ kalau yang ini kenapa mahal mba??” tanya saya sembari menunjukan kardus durex.
“ ya itu yang bagus, kuat, jadi nggak bocor mba. “ jelas pelayan tersebut sambil memandang saya sedikit sinis.
Dari penjelasan pelayan tersebut, kondom merk durex yang paling bagus dan itu kenapa harganya lebih mahal.
“Owh gitu ya mba, trus selain dua ini biasanya ada apa lagi? “ saya terus mencoba bertanya.
“ sutra ada, cuma 3000, tapi hati-hati mba, nanti bocor.” Begitu ungkap pelayan tersebut.

Dapat dilihat dari penjelasan pelayan tersebut, bahwa harga yang diberikan juga disesuaikan dengan kualitas barang.

“ kalau kondom itu cuma buat cowok ya mba?? Yang buat cewek ada nggak mba?” saya terus melanjutkan pertanyaan.
“ ya ada kayaknya mba, tapi di sini nggak ada, coba aja cari di apotik lain. “ jawab pelayan tersebut tetap dengan wajah ketus.

Tampaknya pelayan tersebut sudah semakin tidak bersahabat dengan kami, dan saya terus mencari akal untuk terus menggali informasi mengenai kondom ini. Sekilas pelayan tersebut bercerita sambil mungkin bermaksud untuk menasehati kami.

“ hati-hati mba, walaupun pakai kondom juga bisa tetep kebobolan, makanya mending nggak usah macem-macem.” Begitu kemudian pelayan tersebut bermaksud untuk sedikit menasehati. Saya hanya tersenyum dan terus menahan tawa dalam hati. Sementara teman laki-laki saya juga sudah memasang tampang sungkan kepada pelayan tersebut.

Saya pun akhirnya memutuskan untuk mengakhiri pembelian tersebut.
“ ya sudah mba, saya mau coba yang ini aja, penasaran aja mba,” begitu terang saya kepada pelayan tersebut sambil tersenyum polos dengan memilih kondom yang fiesta.

Kami pun langsung buru-buru meninggalkan apotik tersebut setelah selesai membayar. Dan bisa didapat sebuah pelajaran dari sikap pelayan tersebut, bahwa dia sudah memandang negatif terhadap orang, mungkin karena terpengaruh oleh keadaan yang dilihat dari pola pergaulan anak muda sekarang, dan itu berarti bahwa bentuk alat kontrasepsi kondom tersebut mungkin sudah banyak disalahgunakan.

Di sepanjang jalan, teman laki-laki saya terus mengomentari ini dan itu, dan di belakang sambil memboncengnya di kendaraan, saya hanya tersenyum geli dengan kejadian tadi.

“ kok kamu gitu sih? Kalo penasaran kan bisa lihat di internet atau tanya-tanya aja sama temen yang tahu, nggak sampai kayak gitu, ntar kita dikira apa. “ cerocos dia sambil terus mengendarai. Saya hanya tertawa mendengarnya.

Dan sampai sekarang pun dia masih belum tahu kalau ini hanya sebuah tugas kuliah saja. Dan tentunya, ada pelajaran tersendiri yang saya dapat dari tugas ini. ^____^ hiihii...

TUGAS MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DAN PEMASARAN

‘Ini Hanya Sebuah Tugas’


Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membacanya sampai selesai, semoga bermanfaat :) Please jangan tinggalkan link hidup dalam kolom komentar!

comment

Diberdayakan oleh Blogger.