Kereta Keempat Bag. 2 - Sebuah Cerita

Tawa kami kemudian pecah. Lalu dengan singkat, kuputuskan kalau aku bahagia di sini. Di dekatnya. Bersamanya, Bara temanku. (Kereta Keempat Bag.1)


=================================================================================




Namaku Ningrum, usiaku sudah masuk kepala tiga saat ini. Sebagian teman-temanku sudah menikah dan memiliki anak. Aku belum, aku masih mencari laki-laki yang mau menikahiku, karena aku cinta. Bukan karena pilihan Bapak, atau hanya dijadikan yang keempat.

Satu minggu berlalu. Sudah ada tujuh puluh orang baru yang kukenal. Aku berhasil menghapalnya. Benar kata Bara, di sini, setiap harinya, kita akan selalu menemukan hal baru yang tidak akan pernah sama, kecuali orang-orang yang wajib hadir, sepertiku.

Hari ini aku tidak menemukan Bara. Dia semalam sedikit sakit, sudah beberapa kali bersin. Aku pastikan dia tidak hadir hari ini karena sakit.

Pagiku hari ini jadi berlalu begitu saja. Tanpa candaan. Hanya godaan dari rekan-rekan kerja yang hampir semuanya laki-laki. Para bapak yang sudah berminggu-minggu tidak bertemu istrinya. Mereka seperti kehilangan tempat, tempat membuang hasrat. Aku selalu terganggu dengan godaannya. Untunglah selama ini Bara selalu ada di dekatku. Tapi hari ini, aku seperti masuk ke sarang penyamun.

Dua belas jam kerja terasa seperti satu bulan, tak kunjung usai. Berkali-kali aku menghubungi Bara, namun tak ada kabarnya.

Jam pulang hari ini akhirnya tiba. Aku bergegas mengakhiri pekerjaanku dan pulang secepat mungkin untuk sampai di rumah sewaku.


"Ningrum, tempat minummu ketinggalan." teriak seseorang dengan suara berat saat aku sudah keluar dari pintu kantor.


Aku sudah tidak ingin lagi berada di sana. Jadi kuabaikan saja, toh besok aku kembali lagi. Aku hanya melambaikan tanganku dan terus berjalan cepat hingga tak lama aku sudah masuk ke jalan dekat rumah sewaku. Rumah sewaku memang berada di komplek dekat stasiun, agar mudah aku berangkat dan pulang. 

Aku mendengar langkah kaki cepat yang seperti mengikutiku. Aku mulai berjalan memelan. Tidak lama, tanganku digenggam oleh tangan yang kurasa lebih besar dan kasar. Aku terhenti dan mencoba melihat ke arah tangan itu. Tampaknya aku mengenal tangan ini dengan jam tangan yang selalu dia pakai. Kenapa dia ada di sini, kataku dalam hati. Aku ragu, tapi kupastikan dia benar orang yang kukenal.

=============================================================================

(Bersambung... Kereta Keempat (Bag. 3))

catatanatiqoh, 30 Oktober 2019




#TantanganPekan8(Bag.2)
#OneDayOnePost
#KomunitasODOP
#ODOPBatch7

18 komentar:

Terima kasih sudah membacanya sampai selesai, semoga bermanfaat :) Please jangan tinggalkan link hidup dalam kolom komentar!

comment

Diberdayakan oleh Blogger.