Kereta Keempat Bag. 3 - Sebuah Cerita

Kenapa dia ada di sini, kataku dalam hati. Aku ragu, tapi kupastikan dia benar orang yang kukenal. (Kereta Keempat Bag. 2)

=============================================================================



"Ningrum." Panggilnya pelan kemudian.

Aku langsung menolehkan pandanganku saat mendengar suaranya. Melihatnya diam dengan raut wajah yang sanat pucat. Tanpa sadar aku langsung mendekapnya, erat. Diapun hanya diam. Tak kembali mendekapku. Tidak lama, lalu kulepaskan. Aku takut salah, terlalu berlebihan responku, mungkin begitu yang dia pikirkan. Tapi aku benar-benar merasa aman kembali. Terima kasih sudah datang kembali, gumamku dalam hati.

Kami pun berjalan bersama tanpa kata. Aku ingin mulai bertanya tapi ragu.

"Kemana kau hari ini?" Aku kemudian memberanikan diri untuk bertanya.
"Ada urusan." Jawabnya singkat. Kali ini suaranya sangat parau, tidak seperti biasa yang kudengar.
"Kau sakit?" Tanyaku kembali.
"Tidak, aku baik-baik saja, hanya sedikit pening saja kepalaku." Jawabnya lemah.
"Apa tidak lebih baik kau istirahat saja?" Kataku kemudian.
"Aku ingin menemuimu." Jawabnya singkat.
"Silahkan, kau bisa istirahat di tempatku kalau mau."

Dia hanya terdiam, sambil terus melanjutkan perjalanan kami.

"Masuklah, kubuatkan kau minum hangat." Pintaku saat kami akhirnya sampai di rumah sewaku.
"Terima kasih." Jawabnya sembari duduk di bangku tamu.

Aku langsung membuatkannya air hangat untuk minum, dan kumasakkan sop ayam sebentar untuk kami berdua. Dia makan dengan lahapnya kemudian. Wajahnya sudah terlihat segar kembali. Aku pikir dia hanya kelaparan.

Tidak lama dia berpamitan pulang. Tanpa banyak bicara pertemuan kali ini. Mungkin dia masih tidak semangat untuk bercerita, pikirku. Aku yakinkan kalau dia kuat untuk pulang sendiri, atau menginap saja di tempatku. Tapi dia tetap memilih untuk pulang.

Penuh rasa khawatir, diam-diam kau mengikutinya. Sampai di depan pintu rumah sewanya, aku kemudian memberanikan diri untuk muncul dan memastikan dia benar-benar dalam keadaan baik.

"Syukurlah kau selamat sampai pulang." Sapaku membuatnya terkaget.
"Kenapa kau mengikutiku?" Tanyanya masih dengan nada lemas.
"Aku hanya khawatir saja, baiklah aku pulang, kalau ada sesuatu yang kau butuhkan, kabari aku saja." Kataku kemudian sambil berpamitan.
"Hei tunggu Ningrum." Panggilnya.

Langkahku terhenti dan menengok ke arahnya. Kulihat senyumnya kembali mengembang, senyum yang selalu kusuka, meski sekarang diraut wajah yang pucat. Dia memintaku untuk bermalam saja di tempatnya.

"Aku ingin ditemani." Katanya pelan.

Dengan penuh pertimbangan, aku menyetujuinya. Aku merasa sedikit kaku, dua orang manusia berlawan jenis dalam satu rumah tanpa orang lain. Aku takut setan akan mengganggu. Pikiranku sudah was-was, meski dia adalah teman yang kukenal baik.

Dia kemudian mempersilahkan aku untuk menempati kamarnya. Aku semakin merasa kaku. Dia hanya tersenyum melihatku, kemudian aku berbaring di kasurnya. Kupikir dia akan tidur di luar kamar. Namun ternyata,

"Tidak keberatan kita tidur satu kamar?" Tanyanya sembari menutup pintu kamarnya.

Aku hanya diam memandangnya penuh curiga. Perasaanku mulai tidak enak. Aku kemudian bangun kembali dan duduk diam di kasur. Memandangi dia yang kemudian merebahkan tubuhnya di bawah dengan alas selimut tipis. Tak lama suara dengkurannya sudah terdengar. Akupun baru berani untuk merebahkan diri, mencoba memejamkan mata namun tetap dengan telinga siaga.

Tak lama kudengar dia merintih kesakitan. Aku terbangun dari tidur, melihatnya sedang menggigil kedinginan. Kuberikan selimut yang lebih tebal yang tadi kupakai. Aku memegang dahinya, dan dia panas tinggi. Aku menawarkannya untuk ku antarkan ke rumah sakit. Tapi dia menolak.

Aku kemudian bergegas mengambil handuk dan air untuk mengompresnya, hanya itu yang bisa kulakukan. Kubuatkan dia minuman hangat. Sepuluh menit kemudian aku kembali ke kamarnya, dan melihatnya sudah kaku. Membiru.

=======================================================================================

(Bersambung... (Kereta Keempat Bag. 4))

catatanatiqoh, 01 November 2019




#Hutang31Oktober2019
#TantanganPekan8(Bag.3)
#OneDayOnePost
#KomunitasODOP
#ODOPBatch7

4 komentar:

  1. Hmm, maaf Kak, spertinya klo masih sepuluh menit belum tubuh jenazah belum membiru, hanya terasa dingin dan belum terlalu kaku 🙏😅

    Tp, overall ceritanya mengalir dg baik 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe.. apakah dia sudah jd jenazah kak? :) baca lg kelanjutannya yah :)

      Hapus

Terima kasih sudah membacanya sampai selesai, semoga bermanfaat :) Please jangan tinggalkan link hidup dalam kolom komentar!

comment

Diberdayakan oleh Blogger.